Pada mulanya Ki Sutarno masih dalam usia Remaja melihat orang mendirikan Keris dan Ki Sutarno minta diajari untuk mendirikan Keris, tapi orang itu mengatakan kalau ingin bisa mendirikan Keris harus mempunyai Ilmu dulu baru bisa mendirikan Keris, Ilmu yang dimaksud ini dalam Masyarakat Jawa adalah Ilmu Kebathinan, Tenaga Dalam dan masih banyak Ilmu-ilmu sejenis ini. Orang itu tidak mau mengajari walau sudah kenal dan akrap, memang usia orang itu lebih Tua dan sudah banyak pengalaman dalam hal Ilmu.
Ki Sutarno karena benar-benar ingin bisa mendirikan Keris maka berfikirlah dengan menggunakan logika apa benar untuk mendirikan Keris harus mempunyai Ilmu dulu baru belajar mendirikan Keris, berfikir dan berfikir terus karena penasaran. Dalam pencarian ini tidak percaya kalau mendirikan Keris itu harus punya Ilmu dulu baru belajar mendirikan Keris, dan menemukan jawaban kalau mendirikan keris itu yang diperlukan bukan Ilmu Kebathinan dan semacamnya tapi harus trampil dalam hal keseimbangan menguasai benda, supaya dapat berdiri tidak jauh dengan hukum Fisika yaitu grafitasi.
Ki Sutarno karena benar-benar ingin bisa mendirikan Keris maka berlatihlah setiap ada waktu untuk mendirikan Keris, latihan ini setiap hari dilakukan bahkan bisa lebih dari satu kali. Ki Sutarno dengan Tiga Keris miliknya dipakai latihan bergantian dan semakin percaya kalau untuk mendirikan Keris tidak memerlukan Ilmu tapi harus trampil dalam hal keseimbangan benda, karena sesekali sudah bisa berdiri walau sebentar kemudian roboh Keris yang dia pakai berlatih itu.
Dari hari ke hari semangat Ki Sutarno bertambah terus karena semakin trampil untuk mendirikan Keris dan kenyataan seperti yang Ki Sutarno fikirkan, memang untuk mendirikan Keris tidak perlu belajar Ilmu ke bathinan atau Ilmu semacamnya akan tetapi harus mengusai keseimbangan benda dan harus berlatih sampai benar-benar trampil dan menguasai keseimbangan yang ada hubungannya dengan ilmu Fisika yaitu Grafitasi dan perbandingan Berat benda.
Dari pengalaman itu Ki Sutarno tahu kalau untuk mendirikan Keris itu harus ada keseimbangan juga luar dan dalam, artinya harus benar-benar konsentrasi untuk merasakan, kapan waktunya Keris harus dilepas. Menurut Ki Sutarno harus sama antara Rasa dan Perasaan dengan Keris yang dipegang, atau bisa disebut harus sinkron.
Dari hasil latihan itu maka waktu yang dibutuhkan untuk mendirikan Keris semakin cepat dan semakin trampil. Setelah itu Ki Sutarno mencoba juga selain Keris yaitu berbagai senjata tajam yang ujungnya runcing dan ternyata bisa juga walaupun bukan Keris termasuk Pisau dapur.
**Ki Sutarno memperagakan mendirikan Keris dan senjata tajam.
Karena Ki Sutarno sudah kenal dekat dengan saya, maka sewaktu saya berkunjung ke rumah Ki Sutarno saya minta untuk memperagakan (demo) mendirikan Keris. Ki Sutarno tidak keberatan dan diambil Keris yang ada didalam almari untuk peragaan, tempat untuk medirikan keris diatas meja kaca dan tidak lebih satu menit Keris sudah bisa berdiri. Wah hebat benar pikir saya, permukaan kaca yang licin itu Keris tidak terpeleset.
Setelah itu mengambil Tombak yang ada ditembok, Tombak ini bergagang ( batang tombak ) pendek sekitar 50 cm panjang mata tombak kurang lebih 25 cm. Sebelum mendirikan tombak ini Ki Sutarno menjelaskan, kepada saya kalau berat Batang Bombak dijumlah dengan berat Mata Tombak, Rangka penutup mata Tombak kalah beratnya, jadi untuk mendirikan Tombak itu, Rangka tombak harus disandaran supaya tidak terdorong oleh berat jumlah berat dari Mata tombak dengan Batang tombak.
Posisi Rangka tombak Horisontal dan posisi Mata tombak dengan Batang tombak Vertikal, sandaran yang dipakai tembok, diatas meja kaca. Tidak sampai dua menit Tombak berdiri, tombak itu dibiarkan berdiri Kami berbicang dan dijelaskan jika tidak pakai sandaran tidak bisa dan diperagakan juga, ternyata benar juga Rangka terdorong dan Tombak tidak bisa berdiri.
Pisau Dapur biarpun ujung runcing tidak ditengah mata pusau bisa juga, pisau diambil kedapur setelah itu mengambil buku yang beratnya lebih dari pisau dapur, tidak begitu tebal, kata Ki Sutarno yang penting beratnya harus lebih dari berat pisau dapur. Buku diletakkan diatas meja dan ujung pisau dapur disandarkan di ketebalan buku, hanya beberapa detik Pisau dapur berdiri.
Kami berbincang lagi, dan dijelaskan pula oleh Ki Sutarno kalau Pedang juga bisa di dirikan seperti mendirikan Keris.
Saya bilang : Sungguh bisa ta, pedang kan panjang, dimana Pedang-nya ?
Ki Sutarno menjawab : Bisa...akan saya buktikan.
Keris, Tombak, Pisau dapur semuanya diambil dan dikumpulkan, sekarang acara Kami ganti yaitu Ki Sutarno mendirikan Pedang, kemudian Ki Sutarno mengambil Pedang masuk ke dalam ruang belakang. Sementara saya menunggu. Tidak lama pedang itu dibawah lengkap dengan rangkanya.
Pedang dikeluarkan dari sarung pedang dan sebelum memulai Ki Sutarno menjelaskan kalau berat rangka yang terbuat dari Kayu dan dikombinasi pelat untuk memperkuat dan memperindah Sarung pedang itu beratnya masih kalah dengan berat bilah Pedang itu, dari ini Pedang bisa berdiri jika Rangka pedang itu disandarkan untuk menahan dorongan beratnya bilah Pedang.
Kemudian Ki Sutarno mengambil tempat dilantai yang terbuat dari porselin, ujung Rangka Pedang disandarkan ditembok posisi Horisontal, kemudian ujung Pedang lancip di bawah menumpu di atas lantai porselin pada posisi Vertikal. Tidak sampai dua menit Pedang bisa berdiri.
Saya bertanya pada Ki Sutarno berapa panjang pedang itu, dijawab oleh Ki Sutarno kalau panjang pedang diukur dari Ujung Pedang sepanjang 115 cm (seratus lima belas sentimeter). Bentuk pedang tajam kedua sisinya menyerupai model Pedang Eropa.
Kalu Anda ingin bisa mendirikan Keris, Anda tidak perlu belajar dulu Ilmu kebathinan dan sejenisnya terlebih dulu, kalau anda ingin bisa membuat keris bisa berdiri kata Ki Sutarno lakukan tiga langkah yaitu :
1. Tekun berlatih tiap hari sampai bisa.
2. Konsentrasi pada waktu mendirikan Keris
3. Rasakan, gunakan rasa dan perasaan untuk merasakan kapan Keris pada posisi seimbang dan tepat waktu untuk melepas Keris itu sehingga bisa berdiri.
Kata Ki Sutarno ada juga orang yang bisa mendirikan Keris tanpa sandaran diujung bilah Keris itu, jika Keris itu ada penghuninya Jin dan yang mempunyai Keris itu dapat memerintah Jin penghuni Keris itu supaya bilah Keris itu dapat berdiri.
Untuk mendirikan Keris tidak diperlukan ilmu kebathinan dan sejenisnya, juga tidak diperlukan Mantra yang diperlukan adalah tekun berlatih sampai benar-benar trampil. Jika ada yang bilang memerlukan Mantra dan ilmu kebathinan, tenaga dalam dan ilmu yang lain adalah bohong.
Dalam tatacara mendirikan Keris ada tatacara yang berlaku dan yang melakukan tatacara ini pencinta Keris, yaitu sebelum mendirikan Keris mulai dari cara mengambil dan cara mengeluarkan Keris dari rangkanya ada tata cara khusus dan menyebut nama-nama Empu yang dia ketahui, seperti Empu gandring, Empu Supo dan menyebutkan Empu lain yang diketahui adalah tatacara yang sangat sopan, tujuan ini adalah untuk menghormati para Empu dan leluhur karena Keris merupakan karya seni yang luhur dan sangat tinggi nilainya.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !